Kamis, 28 Juli 2011

Investasi Dinar Emas

Banyak alat instrumen investasi yang sering digunakan oleh masyarakat dan termasuk kita untuk berinvestasi. Misalnya: tanah, emas, rumah, asuransi unit-link, deposito, saham, obligasi (syariah dan konvensional), reksadana, dsb. Namun belum banyak yang mengetahui bahwa dinar (koin dinar emas) merupakan salah satu instrumen investasi.

1 dinar didefinisikan sebagai 1 koin emas dengan berat 4,25 gram dan kadar 22 karat.

Dinar menjadi salah satu alat investasi yang patut diperhitungkan, mengingat nilainya yang terus ter-apresiasi terhadap dollar dalam kurun waktu 40 tahun terakhir. Bisa saja kita menggunakan perpaduan dari keseluruhan instrumen investasi tersebut, jika memang kita memiliki kelebihan dana. Namun jika diperbandingkan, maka investasi dalam dinar merupakan yang paling menguntungkan dan mendapat nilai tambah secara syari’ah.

Misalnya saja perbandingan antara asuransi, deposito, dan dinar, seperti analisis yang dilakukan oleh M. Iqbal dalam Gerai Dinar. Taruhlah kita investasikan Rp 500.000/ bulan, untuk masing-masing instrumen investasi tersebut, selama 20 tahun. Maka analisisnya sebagai berikut:

Asuransi (unit-link): dengan hasil investasi 12% per tahun, maka setelah 20 tahun kita menaruh uang di asuransi tersebut, uang kita menjadi Rp 162 juta. Pada asuransi ini, uang kita ada yang “disedot” untuk biaya akuisisi, atau biaya administrasi yang lumayan besar dari premi yang kita bayarkan setiap bulannya. Namun, kelebihannya ada nilai proteksi yang diberikan dari asuransi ini.

Hal ini tepat sekali, karena saya mengalaminya sendiri, uang yang saya bayarkan sebagai premi, akan sesuai dengan nilai akumulasi yang saya bayarkan, yaitu ketika polis tersebut berusia 11 tahun (ini di asuransi terkenal di dunia apalagi di Indonesia, pada unit syari’ahnya).

Deposito: dengan hasil investasi 8% per tahun, maka setelah 20 tahun, uang kita akan menjadi Rp 224 juta. Lebih besar dari asuransi, karena di deposito tidak ada biaya akuisisi seperti di asuransi. Namun, deposito tidak memiliki nilai proteksi.

Dinar: dengan rata-rata apresiasi nilai emas per tahun dari statistik 40 tahun Kitco, yaitu 31% per tahun. Maka setelah 20 tahun, uang kita menjadi Rp 4,1 Milyar. Sangat jauh berbeda dengan dua instrumen sebelumnya. Insya Allah, inilah alat investasi yang terbaik setelah investasi akhirat dan investasi pada sektor riil yang dikelola dengan baik.

Fungsi Dinar Emas

Menurut Muhaimin Iqbal dalam artikelnya, paling tidak fungsi dinar emas ada 3, yaitu:

1. sebagi dua dari tiga fungsi uang yaitu sebagai store of value (proteksi nilai) dan unit of account (timbangan muamalah yang adil);

2. sebagai alat tukar (medium of exchange);

3. sebagai alat investasi.

Dari ketiga fungsi ini, paling tidak kita bisa mengetahui apa sebenarnya motivasi atau niat awal kita untuk memiliki dinar.

Mungkin kebanyakan dari para pemegang dinar yang memiliki dinar untuk fungsi ketiga, yaitu alat investasi. Untuk hal ini, sebenarnya Dinar sangat baik untuk perencanaan keuangan/investasi jangka panjang yang penggunaannya beberapa tahun ke depan. Misalnya untuk rencana naik haji, biaya sekolah anak, dana pensiun, dana perbaikan rumah, dll. Dinar kurang cocok untuk alasan investasi jangka pendek – misalnya kurang dari 6 bulan – karena fluktuasi harganya sulit diprediksi, peluang untung dan ruginya kurang lebih berimbang.

Apa itu Dinar dan Dirham?

Menurut Muhaimin Iqbal dalam artikelnya, paling tidak fungsi dinar emas ada 3, yaitu:

1. sebagi dua dari tiga fungsi uang yaitu sebagai store of value (proteksi nilai) dan unit of account (timbangan muamalah yang adil);

2. sebagai alat tukar (medium of exchange);

3. sebagai alat investasi.

Dari ketiga fungsi ini, paling tidak kita bisa mengetahui apa sebenarnya motivasi atau niat awal kita untuk memiliki dinar.

Mungkin kebanyakan dari para pemegang dinar yang memiliki dinar untuk fungsi ketiga, yaitu alat investasi. Untuk hal ini, sebenarnya Dinar sangat baik untuk perencanaan keuangan/investasi jangka panjang yang penggunaannya beberapa tahun ke depan. Misalnya untuk rencana naik haji, biaya sekolah anak, dana pensiun, dana perbaikan rumah, dll. Dinar kurang cocok untuk alasan investasi jangka pendek – misalnya kurang dari 6 bulan – karena fluktuasi harganya sulit diprediksi, peluang untung dan ruginya kurang lebih berimbang.

Harga Dinar Emas 2010 dan 2011

2010 baru saja berlalu dan kini kita melangkah ke 2011. Bagi yang mempersepsikan emas atau Dinar sebagai investasi, 2010 adalah tahun yang menggembirakan karena emas atau Dinar mengalami appresiasi nilai sekitar 23 % dalam Rupiah atau sekitar 3.5 kali hasil deposito atau tabungan. Akhir tahun 2009 lalu harga Dinar ditutup di angka Rp 1,444,040 sedangkan akhir tahun 2010 Dinar ditutup pada harga Rp 1,777,760,-. Dalam US$ kenaikan ini lebih menyolok lagi karena harga emas Dunia akhir 2009 adalah US$ 1,087.50 sedangkan akhir 2010 harga emas ini ditutup pada angka US$ 1,421.60 atau mengalami peningkatan sekitar 30%.

Diantara penyebab kenaikan harga emas dunia tersebut yang bersifat sangat fundamental adalah apa yang dilakukan oleh bank central-nya Amerika atau the Fed, dengan perilaku kontroversialnya dalam mencetak uang dari awang-awang atau yang disebut quantitative easing. Kenaikan harga emas 2010 masih terkait langsung dengan dampak quantitative easing 1 yang dilakukan Amerika sejak November 2008. Saat itu mereka mulai ‘mencetak uang’ US$ 600 milyar untuk membeli apa yang disebut Mortgage-Backed Securities (MBS) dan berbagai bentuk surat hutang lainnya, namun karena kompleksitas problem negeri itu angka ini menggelembung sampai US$ 2.1 trilyun pertengahan tahun 2010.

Angka yang US$ 2.1 trilyun tersebut seharusnya menurun bila ekonomi negeri itu berhasil dipulihkan, namun kenyataannya kemudian di bulan November 2010 the Fed-nya negeri itu mengumumkan lagi akan dilakukannya quantitative easing 2 yang akan diimplementasikan hingga pertengahan 2011. Belajar dari quantitative easing 1 yang dampaknya terhadap kenaikan harga emas berlanjut sampai 2 tahun kemudian, maka dampak dari implementasi quantitative easing 2 juga sangat mungkin akan mendongkrak harga emas di tahun 2011 atau bahkan sampai 2012 nanti.

Jadi penyebab utama yang menjadikan harga emas melonjak sampai 30% dalam US$ tahun 2010, juga masih ada disana di tahun 2011. Apakah dampaknya akan sekuat quantitative easing 1 ?, waktu nanti yang akan menjawabnya. Namun ketika quantitative easing 1 diputuskan November 2008, tahun berikutnya (2009) harga emas dalam US$ naik 25%, dan tahun berikutnya lagi (2010) naik hingga 30%. Itulah sebabnya ketika saya membuat Estimasi Konservatif Harga Emas/Dinar 2011 dengan menggunakan statitstik 10 tahun dan 40 tahun, saya beri catatan khusus bahwa estimasi tersebut tidak memasukkan dampak dari quantitative easing 2 tersebut diatas.

Jadi kalau di estimasi konservatif harga emas di akhir tahun 2011 ini saya prediksikan di kisaran US$ 1,500/Oz s/d US$ 1,600,-/Oz, maka estimasi optimis-nya bila kita belajar dari dampak quantitative easing 1, harga emas bisa saja mencapai US$ 1,780/Oz di tahun 2011 dan US$ 2,300/Oz di tahun 2012.

Lantas bagaimana dengan harga emas atau Dinar dalam Rupiah ?. Kenaikan harga emas atau Dinar dalam Rupiah tahun 2010 yang tidak setinggi kenaikanya dalam US$ adalah karena factor penguatan Rupiah terhadap US$. Bila kurs rata-rata bulanan Desember 2009 adalah Rp 9,454/US$ , Desember 2010 ini rata-ratanya adalah Rp 9,024/US$ atau mengalami penguatan 4.5%.

Penguatan yang sama tidak bisa kita harapkan untuk tahun 2011 ini karena akan menurunkan daya saing ekspor kita, sebaliknya kecenderungan melemah ke kisaran angka tahun sebelumnya (2009) atau di angka Rp 9,400-an lebih memungkinkan bila negeri ini ingin terus menjaga surplus di neraca perdagangannya.

Maka bila faktor quantitative easing 2 dan sedikit pelemahan Rupiah ini yang kita gabungkan untuk membuat estimasi optimis harga emas atau Dinar dalam Rupiah, harga emas dalam Rupiah akan mencapai kisaran Rp 540,000/gram di tahun 2011 dan Rp 700,000/gram di tahun 2012. Dengan asumsi yang sama maka Dinar akan berada di kisaran Rp 2,300,000,- tahun 2011 dan Rp 3,000,000 tahun 2012.

Sebagaimana yang sering saya ungkapkan di situs ini, tidak ada seorang-pun yang bisa tahu apa yang akan terjadi. Jadi estimasi saya baik yang konservatif maupun yang optimistis bisa saja keduanya salah. Wa Allahu A’lam. (M. Iqbal).